Selasa, 05 September 2017
Ko Ni, Pengacara dan Aktivis HAM yang Sering Membantu Rohingya Ditembak Mati
Diposting oleh
Zafran Ibrahim
di
01.12
Tragedi Rohingya di wilayah Rakhine (Arakan) yang menimpa minoritas muslim di Myanmar sudah berlangsung puluhan tahun. Setiap upaya agar muslim Rohingya memperoleh hak setara sebagai Warga Negara Myanmar selalu dihalangi.
Pengacara Ko Ni, 63 tahun, adalah ahli dalam hukum konstitusional dan penasihat partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Dia juga seorang tokoh minoritas Muslim di Myanmar.
Ko Ni ditembak mati di bagian kepala dari jarak dekat pada Minggu (29/1/2017) di Bandara Internasional Yangon ketika baru saja kembali dari Indonesia untuk mempelajari model kehidupan harmonis antaragama Indonesia dan konsultasi strategi rekonsiliasi di negaranya. Seorang sopir Taxi, Nay Win, 42 tahun, juga tewas ketika berusaha untuk menahan pria bersenjata itu.
Jenazah Ko Ni dibawa oleh warga ke lokasi pemakaman pada 30/1/2017
Sekitar 100.000 pelayat berdatangan menghadiri pemakamannya di ibukota Yangon, termasuk anggota keluarga, kalangan pengacara, aktivis NLD dan anggota korps diplomatik. Namun Aung San Suu Kyi tidak menghadirinya. Acara dilaksanakan di sebuah Pemakaman Muslim di Yangon utara.
Ko Ni adalah salah satu ahli hukum yang ikut menyusun amandemen konstitusi Myanmar sehingga membuka peluang demokrasi di bawah rezim militer. Menurut rekan-rekannya, Ko Ni memang sering menerima ancaman pembunuhan terhubung dengan pekerjaan politiknya.
Ko Ni tercatat sebagai salah satu pengacara terkenal yang beragama Islam di negara yang mayoritas penduduknya Buddha. Belum jelas apakah hal menjadi faktor penembakannya.
Putrinya, Yin Nwe Khine, kepada kantor berita Reuters mengatakan ayahnya “sering diancam” karena ia menentang pengaruh militer yang terus berlangsung dalam kehidupan politik.
“Kami diperingatkan untuk berhati-hati, tetapi ayah saya tidak menerima itu begitu saja. Ia selalu melakukan apa yang dianggapnya benar.”
“Banyak orang membenci kami karena kami mempunyai keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir mungkin itulah sebabnya, tetapi saya tidak tahu alasannya.”
Amnesty International mengatakan kematian Ko Ni akan “mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas hak asasi manusia di Myanmar dan luar negeri.”
Organisasi think tank International Crisis Group (ICG) menyebutkan, sangat penting untuk mengusut insiden itu sampai tuntas.
“Dalam konteks sentimen anti-Muslim yang kuat, maraknya kebencian di media sosial, dan nasionalisme Buddha yang sering dikumandangkan beberapa biksu senior, kejahatan ini bisa menyulut kekerasan lebih lanjut,” kata ICG.
Pernyataan Gabungan Organisasi Nasional Arakan Rohingya (ARNO)
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini adalah organisasi Rohingya di seluruh dunia dengan ini mengecam keras pembunuhan terhadap U Ko Ni, 65, seorang pemimpin Muslim terkemuka dan penasihat hukum NLD pada hari Minggu 29, 2017 pada saat tiba di bandara internasional Yangon dari tur resminya untuk mempelajari model kehidupan harmonis antaragama Indonesia (sebagai acuan untuk di Myanmar).
U Ko Ni, seorang aktivis tahun 1988, dikenal di Myanmar sebagai orang yang tulus, terhormat, berdedikasi dan patriotik. Dia adalah pendiri Asosiasi Pengacara Muslim Myanmar dan telah memberi kontribusi pada negara tersebut dengan keahliannya dalam bidang hukum.
Dia adalah pendukung kuat untuk perdamaian, dialog antaragama dan harmoni di negara ini. Pembunuhan ini adalah kerugian yang tak dapat diperbaiki lagi bagi bangsa.
Kami mengucapkan belasungkawa mendalam kepada anggota keluarga yang berduka, U Ko Ni dan Ko Nay Win, supir taksi yang dengan berani mengejar para pembunuh.
Pembunuhan U Ko Ni, merupakan cerminan bagaimana mengintimidasi situasi bagi mereka yang bekerja untuk perdamaian dan dialog, terutama ketika mereka berasal dari kelompok minoritas atau kelompok agama non-Buddhis.
Kami menyerukan penyelidikan independen yang mendesak untuk mengidentifikasi motif dan orang yang terkait dengan pembunuhan keji ini.
Kami juga memanggil orang-orang Rohingya dan semua Muslim di negara tersebut untuk mendoakan U Ko Ni.
U Ko Ni akan diingat sepanjang masa karena perjuangan heroiknya untuk hak-hak komunitas Muslim dan minoritas lainnya di negara ini, dan juga untuk perjuangannya yang tanpa henti untuk perubahan konstitusional bagi Myanmar yang benar-benar demokratis.
Sumber: rakyatjakarta.id
Pengacara Ko Ni, 63 tahun, adalah ahli dalam hukum konstitusional dan penasihat partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Dia juga seorang tokoh minoritas Muslim di Myanmar.
Ko Ni ditembak mati di bagian kepala dari jarak dekat pada Minggu (29/1/2017) di Bandara Internasional Yangon ketika baru saja kembali dari Indonesia untuk mempelajari model kehidupan harmonis antaragama Indonesia dan konsultasi strategi rekonsiliasi di negaranya. Seorang sopir Taxi, Nay Win, 42 tahun, juga tewas ketika berusaha untuk menahan pria bersenjata itu.
Jenazah Ko Ni dibawa oleh warga ke lokasi pemakaman pada 30/1/2017
Sekitar 100.000 pelayat berdatangan menghadiri pemakamannya di ibukota Yangon, termasuk anggota keluarga, kalangan pengacara, aktivis NLD dan anggota korps diplomatik. Namun Aung San Suu Kyi tidak menghadirinya. Acara dilaksanakan di sebuah Pemakaman Muslim di Yangon utara.
Ko Ni adalah salah satu ahli hukum yang ikut menyusun amandemen konstitusi Myanmar sehingga membuka peluang demokrasi di bawah rezim militer. Menurut rekan-rekannya, Ko Ni memang sering menerima ancaman pembunuhan terhubung dengan pekerjaan politiknya.
Ko Ni tercatat sebagai salah satu pengacara terkenal yang beragama Islam di negara yang mayoritas penduduknya Buddha. Belum jelas apakah hal menjadi faktor penembakannya.
Putrinya, Yin Nwe Khine, kepada kantor berita Reuters mengatakan ayahnya “sering diancam” karena ia menentang pengaruh militer yang terus berlangsung dalam kehidupan politik.
“Kami diperingatkan untuk berhati-hati, tetapi ayah saya tidak menerima itu begitu saja. Ia selalu melakukan apa yang dianggapnya benar.”
“Banyak orang membenci kami karena kami mempunyai keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir mungkin itulah sebabnya, tetapi saya tidak tahu alasannya.”
Amnesty International mengatakan kematian Ko Ni akan “mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas hak asasi manusia di Myanmar dan luar negeri.”
Organisasi think tank International Crisis Group (ICG) menyebutkan, sangat penting untuk mengusut insiden itu sampai tuntas.
“Dalam konteks sentimen anti-Muslim yang kuat, maraknya kebencian di media sosial, dan nasionalisme Buddha yang sering dikumandangkan beberapa biksu senior, kejahatan ini bisa menyulut kekerasan lebih lanjut,” kata ICG.
Pernyataan Gabungan Organisasi Nasional Arakan Rohingya (ARNO)
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini adalah organisasi Rohingya di seluruh dunia dengan ini mengecam keras pembunuhan terhadap U Ko Ni, 65, seorang pemimpin Muslim terkemuka dan penasihat hukum NLD pada hari Minggu 29, 2017 pada saat tiba di bandara internasional Yangon dari tur resminya untuk mempelajari model kehidupan harmonis antaragama Indonesia (sebagai acuan untuk di Myanmar).
U Ko Ni, seorang aktivis tahun 1988, dikenal di Myanmar sebagai orang yang tulus, terhormat, berdedikasi dan patriotik. Dia adalah pendiri Asosiasi Pengacara Muslim Myanmar dan telah memberi kontribusi pada negara tersebut dengan keahliannya dalam bidang hukum.
Dia adalah pendukung kuat untuk perdamaian, dialog antaragama dan harmoni di negara ini. Pembunuhan ini adalah kerugian yang tak dapat diperbaiki lagi bagi bangsa.
Kami mengucapkan belasungkawa mendalam kepada anggota keluarga yang berduka, U Ko Ni dan Ko Nay Win, supir taksi yang dengan berani mengejar para pembunuh.
Pembunuhan U Ko Ni, merupakan cerminan bagaimana mengintimidasi situasi bagi mereka yang bekerja untuk perdamaian dan dialog, terutama ketika mereka berasal dari kelompok minoritas atau kelompok agama non-Buddhis.
Kami menyerukan penyelidikan independen yang mendesak untuk mengidentifikasi motif dan orang yang terkait dengan pembunuhan keji ini.
Kami juga memanggil orang-orang Rohingya dan semua Muslim di negara tersebut untuk mendoakan U Ko Ni.
U Ko Ni akan diingat sepanjang masa karena perjuangan heroiknya untuk hak-hak komunitas Muslim dan minoritas lainnya di negara ini, dan juga untuk perjuangannya yang tanpa henti untuk perubahan konstitusional bagi Myanmar yang benar-benar demokratis.
Sumber: rakyatjakarta.id
Tags :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar